Kenalkan Pasangan Miliarder di Balik Keampuhan Vaksin Covid-19 Pfizer

Perusahaan farmasi Pfizer membuat riwayat baru terkait dengan hasil vaksin Covid-19 step terakhir kalinya. Vaksin Pfizer ini sendiri ditingkatkan dengan partner Jerman BioNTech yang mempunyai kemanjuran lebih dari 90 % per data tes medis awalnya.Vaksin Pfizer disebutkan jadi vaksin paling cepat yang pernah ditingkatkan dan kemanjurannya semakin lebih tinggi dibanding yang diinginkan oleh pakar virologi, hingga menjadi berita bagus untuk hari esok wabah yang lagi berlangsung.

Rupanya, ada pasangan dibalik vaksin Covid-19 ini. Ialah CEO BioNTech, Dr. Ugur Sahin yang membangun firma itu bersama istrinya, Dr. Ozlem Teruci yang disebut kepala petugas klinis.

Pasangan itu semakin perkuat status selaku miliarder dengan menulis kekayaan nyaris capai USD 4 miliar di bulan Juni. Hartanya bertambah habis saham BioNTech naik sesudah kesepakatan vaksin Pfizer dipublikasikan.

“Hingga ini menjadi awalnya dari akhir zaman Covid-19,” tutur Dr Sahin menjelaskan masalah vaksin yang dibuat Pfizer mencuplik dari businessinsider.com, Minggu (15/11/2020).

Pasangan ini adalah masyarakat negara Jerman dengan keluarga asal Turki. Sahin berimigrasi ke Jerman dari Turki saat dia berumur 4 tahun dan Turechi sendiri terlahir di Jerman.

Mereka tiba ke dunia kedokteran lewat jalur yang lain. Sahin ialah anak seorang karyawan pabrik mobil dan semenjak kecil dikenalkan dengan buku-buku sains.

Ayah Tureci ialah seorang pakar bedah. Ia tumbuh sekalian melihat bagaimana si ayah menjalankan pasien. Pasangan ini berjumpa waktu mereka bekerja di dalam rumah sakit Kampus di Barat Daya Jerman.

Sahin sendiri sempat juga bekerja di dalam rumah sakit di Cologne dan mendapatkan gelar MD dari Kampus Cologne di tahun 1990. Sedang Tureci memperoleh gelar MD dari Fakultas Kedokteran di Kampus Saarland.

Sampai selanjutnya pasangan ini membangun perusahaan farmasi pertama mereka pada 2001 dan menikah di tahun selanjutnya.

Tahun 2000, pasangan ini bersama pimpin barisan riset di Kampus Mainz. Selanjutnya, tahun 2001 mereka membangun Ganymed Pharmaceuticals yang konsentrasi pada peranan anti-bodi dalam menyembuhkan kanker.

Di tahun 2016 perusahaan farmasi mereka diambil oleh Astellas Pharma dengan nilai seputar uSD 1,4 miliar.

Sampai di tahun 2008, pasangan ini jadi salah satunya pendiri BioNTech dengan Sahin selaku CEO, tetapi ia masih jadi CEO Ganymend. Disamping itu bekerja selaku penasihat ilmiah untuk BioNTech.

BioNTech dan Sahin mulai mempersempit riset virus Covid-19 pada Januari. Pfizer sendiri berpartner sama mereka di bulan Maret dan mulai riset vaksin untuk manusia di akhir April.

Di bulan September, Jerman Weltam Sonntag memberikan pasangan ini selaku satu dari 100 orang paling kaya di Jerman dan mereka menempati status ke-85.

Sahin mengajarkan di Pusat Klinis Kampus Mainz di tahun 2014, sedang Teruci selaku presiden Federasi Imunoterapi Kanker di BioNTech.

Sesaat BioNTech naik sampai distribusi dan produksi vaksin bertambah, tetapi pasangan itu masih konsentrasi ke perkembangan klinis bukan uangnya.

Perusahaan farmasi raksasa Pfizer barusan umumkan hasil positif dari 3 babak pengetesan vaksin Covid-19. Akhirnya, nilai valuasi saham perusahaan langsung ikut.

Bekerja bersama dengan firma biotek Jerman, BioNTech, Pfizer memberikan indikasi vaksin yang dibuatnya itu 90 % efisien menantang virus Covid-19.

Informasi ini juga membuat saham BioNTech naik sejumlah 14 %, yang sekalian membuat bertambah pendiri firma ini, Ugur Sahin, dan investor paling besar perusahaan, Thomas dan Andreas Struengmann.

Kenaikan nilai saham dari perusahaan farmasi Pfizer, menggerakkan nilai kekayaan dari Sahin lebih dari USD 500 juta jadi keseluruhan sebesar USD 4,4 miliar (Rp 62,4 triliun).

Sesaat untuk Struengmann bersaudara, mereka berdua sukses menambah pendapatan seputar USD 1,5 miliar. Dengan kekayaannya semasing diestimasi nyaris capai USD 10,4 miliar, seperti merilis Forbes, Kamis (12/11/2020).

Sahin sendiri membangun BioNTech di Mainz, Jerman pada 2008. Dianya waktu itu disokong secara keuangan oleh Struengmann bersaudara yang pernah lebih dulu lakukan investasi di perusahaan Sahin awalnya.

Perusahaan itu juga ialah Ganymed Pharmaceuticals, yang pada akhirnya dipasarkan ke Astellas Pharmaceuticals pada tahun 2016, sebesar USD 460 juta.

Hasil itu juga jadi satu diantara langkah-langkah keberhasilan yang sukses dicapai oleh Steungman bersaudara, yang pertamanya kali raih kekayaan sesudah jual perusahaan obat mereka sendiri namanya Hexal, pada harga USD 7 miliar pada tahun 2005.

Lain dengan formasi vaksinasi awalnya, yang tergantung ke virus kurang kuat, vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Pfizer dan BioNTech ini memakai pengantar RNA.

RNA sendiri sebuah molekul dalam sel yang mengkontrol kandungan produksi protein, untuk nanti ditujukan selaku anti-bodi dari Covid-19.

Hal itu adalah tehnologi terkini dari Moderna yang disebut perusahan biotek dari Cambridge, di mana saham dari firma ini juga bertambah sejumlah 9 % pada hari Senin kemarin.

By Destiny

error: Content is protected !!